Monday, October 10, 2011

Gejolak ekonomi permintaan CPO berkurang



Jakarta (ANTARA News) - Permintaan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) Indonesia dari Eropa dan Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan berkurang karena gejolak ekonomi yang terjadi di kedua kawasan tersebut, kata pengamat pasar, Ifan Kurniawan.
"Ekspor CPO Indonesia ke kawasan Eropa cukup berarti yang mencapai 20 persen, karena itu pada semester kedua 2011 permintaannya akan merosot tajam," kata analis PT First Asia Capital tersebut di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, Indonesia harus dapat memanfaatkan permintaan China dan India yang saat ini cukup besar, terutama menjelang peringatan hari kebudayaan.

"Karena itu, berkurangnya permintaan pasar Eropa akan dapat ditutupi dengan makin besarnya permintaan CPO di pasar Asia," ucapnya.

Ia mengatakan, harga komoditas itu saat ini mengalami penurunan, akibat melemahnya harga minyak mentah dunia yang sebelumnya mendekati angka 100 dolar AS per barel kini mencapai 80 dolar AS per barel.

"Kami optimistis harga CPO pada semester kedua 2011 akan berada di kisaran 1.000 sampai 1.100 dolar AS per ton," katanya.

Produksi CPO Indonesia, dikatakannya, diperkirakan mencapai 23 juta ton, sedangkan kebutuhan pasar dalam negeri hanya enam juta ton.

Menurut dia, kebutuhan pasar lokal tetap dapat dipenuhi tidak ada masalah, sedangkan sisanya akan digunakan untuk memenuhi pasar ekspor.

Sementara itu, ia mengemukakan, gejolak ekonomi di AS diperkirakan akan dapat di atasi, setelah keluarnya data indeks jasa AS yang mengalami kenaikan pada Agustus mencapai 53,3 persen dari sebelumnya 52,7 persen yang di luar perkiraan para analis.

"Analis memperkirakan indeks jasa AS hanya mencapai 51 namun kenyataan indeks itu mencapai 53,3," katanya.

AS sebelumnya menerapkan program paket stimulus tahap satu dan dua, namun pertumbuhan ekonominya hanya sekitar satu persen jauh diluar target sebesar tiga persen.

"Karena itu, AS terus berusaha mendorong ekonomi agar tetap tumbuh dengan menerbitkan obligasi," katanya.
(T.H-CS/B008)

Editor: Priyambodo RH
(dikutip dari www.antaranews.com)

No comments:

Post a Comment