Friday, October 7, 2011

KELAPA SAWIT

KELAPA SAWIT

Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq) adalah salah satu jenis tanaman dari famili palma yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil). Selain dari kelapa sawit, minyak nabati juga dapat diperoleh dari tanaman kelapa, kacang kedelai, bunga matahari, kacang tanah, dan lainnya. Dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak dan lemak, kelapa sawit adalah tanaman yang produktifitas menghasilkan minyak tertinggi, dimana tanaman kelapa hanya menghasilkan sepertiga (700-1000 kg/bulan daging buah kelapa/ha) dari produksi kelapa sawit (2000/3000 kg/bulan TBS/ha)


Buah kelapa sawit seberat 45 kg/tandan

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetik, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi dalam bidang kosmetik

Kelapa sawit saat ini telah menjadi pionir dalam dunia pertanian di Indonesia, hal itu dikarenakan telah terjadinya peningkatan harga TBS yang luar biasa, yaitu mencapai Rp.1.550/kg TBS. Meskipun kenaikan harga TBS juga turut diikuti oleh kenaikan harga input produksi seperti pupuk, tenaga kerja, pestisida dan alsintan, tetapi secara total peningkatan harga TBS tetap memberikan tambahan pendapatan yang sangat menguntungkan para pekebun.

BIOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT

Tanaman penghasil minyak nabati terdapat 3 jenis, yaitu Elaeis guinensis jacq, Elaeis oleifera atau Elaeis melanocca dan Elaeis odora atau Barcella odora (Corley, 1976). Kelapa sawit yang banyak ditanam di Indonesia adalah berasal dari Afrika.

Beberapa varietas kelapa sawit adalah: Dura, Pisifera, Tenera, Macro carya, dan Dwikka wakka.

Penggolongan varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah menurut Hutgers dan Yampolski:

1. Varietas Macrocarya = type Congo

tebal tempurung 4-8 mm
daging buah 30-50 %
tempurung/buah 20-40 %
inti 10 %


2. Varietas Dura = type Deli
tebal tempurung 2-5 mm
daging buah 50-70 %
tempurung/buah 20-40 %
inti 10 %

3. Varietas Tenera = type Lesobe

tebal tempurung 0,5-2,5 mm
daging buah 70-85 %
tempurung/buah 5-20 %
inti 8-10 %


pohon kelapa sawit tenera

4. Varietas Pisifera

tebal tempurung +- 0 mm
daging buah 85-100 %

tempurung/buah +- 0 %
inti 0-5 %





pohon kelapa sawit varietas pisifera


Penggolongan kelapa sawit berdasakan warna buah menurut Vanderwejn

1. Nigrescens

Buahnya berwana hitam pada saat masih muda dan berubah menjadi orange kehitam-hitaman pada saat buah matang.




Buah sawit Nigrescens

2. Virescens

Buahnya berwana hijau pada saat masih muda dan berubah menjadi orange pada saat buah matang.



Buah sawit Virescens

3. Albescens

Buahnya berwana keputih-putihan pada saat masih muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan pada saat buah matang.


EKOLOGI KELAPA SAWIT

Tanaman kelapa sawit dapat hidup dengan baik pada daerah 15"LU-15"LS, yaitu dekat daerah edar garis katulistiwa. Ketinggian lahan yang ideal adalah pada ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan yang sesuai adalah 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum adalah 29-30"C. Intensitas penyinaran adalah 5-7 jam/hari. Kelembaban yang ideal adalah 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podsolik, Latosil, Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH optimum adalah 5-5,5. Perkebunan kelapa sawit baik dibangun pada tanah yang gembur, subur, datar (tidak lebih dari 15", berdrainase yang baik, dengan lapisan solum yang dalam.

Perbanyakan Tanaman

Tanaman kelapa sawit dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu generatif dan vegetatif buatan. Secara generatif, tanaman kelapa sawit diperbanyak dari biji yang terdapat dalam butiran buah sawit, dan secar generatif buatan kelapa sawit diperbanyak dengan cara kultur jaringan.

Produksi Benih

Benih kelapa sawit yang sering digunakan pada perkebunan kelapa sawit adalah hasil persilangan dari varietas Dura Deli (betina) dengan varietas Pisifera (jantan). Hasil persilangan dari varietas Dura dan Pisifera akan menghasilkan anakan yang bervarietas Tenera. Kelapa sawit varietas Tenera menjadi tujuan dari kegiatan persilangan karena kelebihan yang dimilikinya, yaitu: daging buah lebih tebal, ukuran buah lebih besar, kandungan minyak lebih tinggi, peluang kematangan buah yang sangat tinggi, dan berat buah cukup tinggi.

Untuk kegiatan pembibitan, penyerbukan biasanya dillakukan secara manual, yaitu dilakukan oleh manusia. Serbuk Sari dari bunga jantan (varietas Pisifera) diambil dengan cara memotongnya atau menepuk-nepukkannya pada kantong plastik agar tepung sari terkumpul dalam kantong plastik. Tepung sari (pollen) yang telah didapatkan kemudian dicampur dengan talk murni dengan perbandingan 1:1. Campuran tepung sari dan talk tersebut dimasukkan kedalam baby duster atau alat lainnya yang dapat menghembuskan tepung ke bunga betina. Setelah tepung sari ditaburkan/dihembuskan ke bunga betina (kepala putik) maka bunga betina tersebut ditutup dengan kantong kertas / plastik agar bunga betina tidak terkontaminasi dengan serbuk sari kelapa sawit tidak jelas asal usulnya yang sangat banyak beterbangan di udara. Setelah penyerbukan terjadi maka bunga betina akan matang setelah 6 bulan kemudian.

Perbanyakan kelapa sawit dengan cara penyilangan ternyata memiliki kelemahan yang sangat nyata, yaitu hasil persilangan tidak 100% menjadi bibit yang bervarietas tenera, umumnya tingkat keberhasilannya hanya dapat mencapai 75 %. Bayangkan saja jika ada 1 juta bibit yang di produksi, maka akan ada 250.000 bibit yang bervarietas Dura, Pisifera atau abnormal. Jika biaya tanaman dari benih sampai tanaman di tebang (25 tahun) (menurut perhitungan singkat penulis mencapai Rp.156.000 / tanaman/25 tahun), maka berapa opportunity cost yang terjadi?

Opportunity cost yang terjadi akibat terjadinya penyimpangan varietas yang dihasilkan ternyata belumlah seberapa jika tanaman dalam suatu kebun kelapa sawit bersifat super semua. Jika dilakukan pengamatan di lapangan, maka kita akan selalu mendapati adanya pohon yang bersifat super atau bersifat sangat buruk. Suatu pohon kelapa sawit yang bersifat super dapat memiliki berat tandan mencapai 30-45 Kg/tandan yang memenuhi setiap ketiak pelepahnya, meskipun umur tanaman masih 5-7 tahun. sedangkan untuk tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun bobot tandannya dapat mencapai 40-60 Kg/tandan dengan buah yang menjejali setiap celah pelapah yang ada. Kondisi pohon yang demikian tidaklah akibat pemupukan, kondisi tanah dan perawatan yang habis-habisan, karena secara pengamatan visual pohon super tersebut berada di tengah pohon-pohon lainnya yang kondisinya biasa saja ataupun buruk.
Buah sawit 40 kg/tandan

Oleh karena ternyata ada pohon sawit yang bersifat super dalam hal bobot tandan, kuantitas tandan, rendemen minyak, ketahan terhadap hama dan penyakit, ukuran pelepah, kekerasan pelepah, pertambahan tinggi batang, toleransi terhadap jenis tanah, toleransi terhadap drainase yang sangat buruk, toleransi terhadap pH tanah yang tidak sesuai, maka tentu saja akan sangat diharapkan jika seluruh tanaman yang ada dalam suatu kebun adalah sama persis dengan pohon super tersebut. Saat ini mungkin ada cara yang memungkinkan hal tersebut dapat terjadi, yaitu dengan cara dilakukannya perbanyakan secara vegetatif.

Perbanyakan secara vegetatif yang telah berhasil pada tanaman kelapa sawit adalah dengan cara kultur jaringan. Sebagai sel induk dalam kultur jaringan dapat digunakan dari sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode Perancis). Metode kultur jaringan akan mampu menghasilkan bibit tanaman dengan sifat yang sama dengan induknya dengan jumlah yang sangat banyak, hanya saja kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam hal replikasi sel dan pembesarannya.

Benih kelapa sawit tidak dapat diproduksi dan dipasarkan secara sembarangan, tetapi harus mendapat sertifikasi dari pemerintah untuk menjamin mutu bibit yang diproduksi dan keaslian varietas bibit. Saat ini pihak yang telah mendapat izin resmi dari pemerintah adalah Perkebunan Marihat dan Socfindo.


LAND CLEARING / PERSIAPAN LAHAN

Sebelum tanaman kelapa sawit ditanam, maka hal utama dan sangat menentukan kesuksesahan bisnis budidaya kelapa sawit adalah pada tahap land clearing. Suatu lahan kebun yang baik adalah jika memiliki saluran drainase yang berfungsi dengan baik, memiliki jalan yang kuat dan rata untuk kegiatan melangsir buah ataupun truk pengangkutan, bersih dari tunggul-tunggul kayu yang mengganggu dalam bekerja, bebas dari pohon-pohonan dan semak belukar, adanya akses jalan darat ke setiap tanaman, bebas dari batu-batu besar yang mengganggu posisi penanaman dan pekerjaan.

Pengerjaan land clearing dapat dilakukan secara mekanis dan manual. Secara mekanis land clearing dikerjakan dengan alat-alat berat seperti Back Hoe, Buldozer dan Grader. Secara manual land clearing dikerjakan oleh manusia dengan peralatan sederhana berupa parang, kampak, gergaji, machine saw, cangkul, tembilang, babat.

Jika ditinjau secara ekonomis, penggunaan cara mekanis ataupun manual harus memperhatikan pada beberapa faktor, yaitu:
1.Jauhnya jarak tempuh untuk mendatangkan alat-alat berat
2.Luasnya lahan
3.Tingkat kesulitan pekerjaan
4.Tingkat standar upah buruh lokal
5.Ketersediaan buruh
6.Biaya sewa/harga beli alat berat
7.Kebijakan dan peratruran pemerintah
8.Harga BBM dan oli mesin traktor
9.Tingkat upah operator traktor
10.Produktifitas kerja traktor
11.Produktifitas tenaga kerja manusia


COVER CROP / TANAMAN PENUTUP

Sebelum bibit kelapa sawit ditanam di lahan, satu hal yang sangat penting ada adalah tanaman penutup / cover srop, cover crop berfungsi untuk melindungi tanah dari kikisan air hujan, menjaga tumbuhnya gulma-gulma yang tidak diinginkan, menjaga ketersediaan unsur Nitrogen dalam tanah, mendinginkan tanah, sebagai tempat yang baik untuk berbiaknya mikroba-mikroba pengurai dan penyubur tanah


BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT


A. PEMBIBITAN

Pembibitan sebaiknya dilaksanakn di dekat daerah penanaman, agar proses transport bibit ke lubang tanam dapat diminimalkan sehingga kerusakan bibit juga semakin sedikit. Bibit yang digunakan adalah berupa kecambah. Bibit kelapa sawit yang digunakan sebaiknya berasal dari produsen benih yang telah terpercaya kualitas tanamannya, contohnya bibit dari Marihat, Socfindo, Supergene (Malaysia), dan bibit dari Australia.

Lahan untuk lokasi pembibitan adalah 10% dari luas lahan yang akan ditanami oleh bibit tersebut. Lahan tersebut dipersiapkan bersamaan dengan proses land clearing keseluruhan.

Kecambah ditanam di polibag ukuran 1 liter, pada umur umur 3bulan dipindahkan ke polibag 3 liter, pada umur 6 bulan dipindahkan ke polibag 9 liter. Bibit dapat dipingahkan ke lapangan saat berumur 9-12 bulan.


B. PENGAJIRAN

Pengajiran dapat dilakukan dengan menggunakan tiang pancang sepanjang 1,5m yang ditancapkan di titik yang telah detentukan untuk ditanami kelapa sawit. Jarak tanam yang digunakan antara lain 8,5mx9m, 9mx9m, 10mx10m, ata 11mx11m. Sudut antara satu baris dengan baris lainnya adalah 60 derajat, agar dapat dicapai efisiensi lahan yang maksimal


C. TERASERING

Terasering adalah pembuatan dataran/teras untuk lahan yang bertopografi miring. Terasering dapat dilakukan dengan cangkul ata menggunakan traktor.


D. PENANAMAN COVER CROP

Penanaman cover crop sangat penting untk menekan pertumbuhan gulma dan dapat meningkatkan bahan organik serta gas nitrogen dalam tanah. Tanaman cover crop yang sering digunakan antara lain pueraria javanica, centrosema pubescens


E. PENANAMAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Tanaman kelapa sawit dapat ditanam setelah dilakukan pembuatan lubang danam dengan ukuran 90x90x90cm.


F. PENANGANAN GULMA

Gulma dapat ditangani dengan melakukan pembabatan dengan babat tangan ataupun mesin babat, dengan menggunakan herbisida, atapun menggunakan predator alami seperti kambing, kerbau, sapi, dan rusa.
Jenis-jenis gulma antara lain sebagai berikut:Gulma pakis raja


Gulma rumput bendera


Gulma pohon


Gulma pohon di batang kelapa sawit


Gulma berbatang alot



PEMUPUKAN

Tanaman kelapa sawit seringkali merupakan tanaman yang sangat tergantung pada pemupukan untuk mencapai produksi yang tinggi, meskipun dapat ditemui kebun kelapa sawit yang dapat mencapai produksi rata-rata 3 ton/ha/bulan meskipun tanpa diberi pupuk sedikitpun. Secara logika, kebunkelapa sawit yang baik diharapkan dapat berproduksi TBS sebanyak 3-5 ton/bulan, dengan rendemen minyak mencapai 21%, maka produksi CPO adalah 6,3-10,5 ton/bulan, nilai kalori lemak adalah yang paling tinggi di antara zat gizi lainnya, yaitu 9,4 kalori/mg asam lemak, maka nilai energi yang dihasilkan dari satu hektar kebun sawit adalah luar biasa besarnya. Energi tersebut dapat digunakan sebagai zat gizi, bahan bakar, atau fungsi lainnya. Maka tidaklah wajar jika hasil produksi yang sedemikian besar tersebut hanya kita harapkan dari sang tanaman kelapa sawit dan tanah yang menyangganya tanpa ada sumbangsih dari kita yang menjadikannya sebagai "sapi perah".

Tujuan umum dari pemupukan adalah memberikan zat hara yang dibutuhkan tanaman dalam membangun jaringan akar, batang, daun dan buah.

Pada saat kelapa sawit berupa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), tujuan pemupukan ada untuk menjadi bahan baku dan penolong dalam pembangunan tubuh tanaman, sedangkan pada saat kelapa sawit berupa TM (Tanaman Menghasilkan), tujuan pemupukan adalah agar tanaman kelapa sawit memproduksi buah dengan optimal.

Berdasarkan banyaknya kuantitas yang dibutuhkan tanaman, pupuk dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu: pupuk makro dan pupuk mikro.

Pupuk makro adalah pupuk yang mengandung unsur makro (unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar). Unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar antara lain adalah :

Nitrogen (N), dapat diperoleh dari pupuk Urea (46% N), ZA ( %N)
Posphor (P), dapat diperoleh dari pupuk TSP (46% P), Rock Posphat ( % P)
Kalium (K), dapat diperoleh dari pupuk KCl (64% K)
Magnesium (Mg), dapat deperoleh dari pupuk Kieserit ( % Mg)


PANEN

Untuk dapat berbunga, kelapa sawit membutuhkan waktu 2-3 tahun dari saat bibit ditanam di lapangan. Masa produktif tanaman dapat berlangsung 40-50 tahun. Pembentukan buah memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan (pollination). Pelaksanaan panen buah kelapa sawit tidak boleh dilakukan secara sembarangan, karena kegiatan panen tersebut menentukan pada produktifitas tanaman, rendemen minyak, mutu minyak, dan efisiensi biaya tenaga kerja. Pelaksanaan panen harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Kriteria Matang Panen

Buah yang dapat dipanen haruslah buah yang daging buahnya telah berwarna kemerah-merahan/orange, dimana ada jenis buah yang meskipun kulit luarnya telah berwana kemerah-merahan tetapi ternyata daging buahnya belum matang (belum berwarna kemerah-merahan). Adapun kriteria umum yang digunakan dalam menentukan buah sawit yang layak panen adalah berdasakan pada jumlah berodolan yang telah jatuh di piringan. Kriteria jumlah berondolan dalam menentukan buah layak panen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Kriteria Kematangan Buah Berdasarkan Jumlah Berondolan























No


Umur Tanaman (tahun)


Buah Memberondol (butir)


1


Tanaman muda (3,5-5 tahun)


2


2


Tanaman sedang (5-10 tahun)


5-10


3


Tanaman dewasa (>10 tahun)


15-20


2. Rotasi dan Sistem Panen

Yang dimaksud dengan rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara suatu panen dengan panen berikutnya pada suatu area panen. Rotasi panen yang baik adalah jika buah yang dipanen tidak kurang atau terlalu matang. Rotasi panen yang sering dilakukan adalah tiap 7, 10 atau 14 hari sekali.

3. Cara Pengambilan Buah

Cara pelaksanaan panen yang baik adalah salah satu syarat dalam menentukan produktifitas dan efisiensi dari suatu usaha kebun kelapa sawit. Ada suatu sistem dalam hal menjaga jumlah optimum daun pada pohon kelapa sawit, dan rumus dari jumlah daun optimum tersebut sering disebut dengan sistem "Songgo Dua", yaitu selalu ada dua unit pelepah daun yang menyangga buah sawit pada posisi yang paling bawah. Oleh karena itu maka dalam mengambil buah tidak boleh ikut memotong pelepah yang menyangganya, cara pengambilan buah tersebut sering disebut dengan cara "curi buah/culik buah".
Alat yang baik digunakan dalam memanen buah sawit adalah Dodos (untuk buah yang berada pada ketinggian <5>


HAL-HAL TERPENTING DALAM BERBISNIS KEBUN KELAPA SAWIT SKALA KECIL (4-40 Ha)


1. Angkat penjaga kebun dengan memenuhi syarat mutlak, yaitu jujur, rajin, mau diatur, konsentrasinya tidak terpecah selain dari bekerja di kebun.
2. Buat dan beri sistem penggajian yang menarik dan memotifasi untuk bekerja dengan tekun dan giat, misalnya adanya bonus atas tercapai/terlampauinya target produksi.
3. Upayakan agar dapat memelihara kambing di kebun tersebut, karena dapat membantu mengendalikan rumput dan menjaga gairah hidup penjaga kebun, karena kambing dapat juga berfungsi sebagai teman jika bekerja dalam kesunyian kebun. Setiap hari raya penjaga kebun tersebut mendapat setengah bagian dari anak kambing yang lahir sebagai penarik agar tetap serius mengurus kambing tersebut.


DEFINISI

Dodos

: Dodos adalah alat memotong tandan buah kelapa sawit yang posisi buahnya kurang dari 5m



Egrek

: Egrek adalah alat pemotong tangkai tandan sawit yang posisi buahnya lebih tinggi dari 5m



Pasar Pikul

: Pasar pikul adalah jalan diantara pohon kelapa sawit dimana para pemanen melewatinya saat pane. Pada pasar pikul ini tidak ada penghalang apapun untuk dijalani, seperti pelepah sawit, batu, lubang, rumput yang tinggi, dan lain sebagainya.

Culik buah/Curi Buah

: Culik buah adalah kegiatan memanen buah sawit tanpa memotong pelepahnya, sehingga jumlah pelepah pohon sawit tidak berkurang dari jumlah yang optimal

TBS

: TBS adalah singkatan dari tandan buah segar, yaitu buah sawit yang telah matang dan telah dipotong dari pohonnya.

CPO

: CPO adalah singkatan dari Crde Palm Oil, yang berarti minyak sawit mentah. Yaitu hasil pemerasan dari TBS yang dilakukan di pabrik kelapa sawit. CPO ini belum diperuntukkan untuk dikonsumsi karena masih mengandung ampas dari buah sawit, air, tanah, pasir, dan lainnya sehingga masih perl melewati proses pemurnian.

PKO

: PKO adalah singkatan dari Palm Kernel Oil, yaitu minyak yang diperoleh dari pemerasan inti yang terdapat pada biji kelapa sawit. Inti kelapa sawit memilik bentuk dan rasa seperti daging buah kelapa, tetapi dengan tingkat kekerasan yang lebih tinggi.

PKS

: PKS adalah singkatan dari Pabrik Kelapa Sawit, dimana TBS diolah agar menjadi CPO.



Penulis adalah praktisi dan pengamat perkelapasawitan Indonesia

No comments:

Post a Comment